Menikmati Pedasnya "Sego Sambel Mak Yeye" yang Melegenda




Surabaya (05/10) - Kehidupan malam di Kota Surabaya selalu menarik untuk diikuti, termasuk kuliner malamnya. Sego Sambel Mak Yeye salah satunya, warung nasi yang telah ada sejak tahun 1982 ini telah menjadi sasaran bagi warga Surabaya yang kelaparan di tengah malam. Meskipun menu yang ditawarkan sederhana dan tidak banyak variasai, namun warung ini sudah menjadi primadona dan favorit banyak kalangan di Surabaya.

Tidak susah apabila ingin mencari letak warung ini, karena sudah pasti sebagian besar warga Surabaya sudah mengenal nama warung ikonik ini. Cukup pergi ke Jalan Wonokromo Surabaya, apabila menemukan kerumunan orang yang antri di warung kecil pinggir jalan, di situlah Sego Sambel Mak Yeye berada.

Buka dari jam sepuluh malam sampai jam empat pagi, tidak membuat antusiasme pembelinya surut. Buktinya, setiap hari puluhan orang rela menunggu berjam-jam demi mendapatkan sepiring nasi sambal ini. Bahkan ada yang menjadikan makan di warung Mak Yeye ini tradisi keluarga yang tidak boleh dilewatkan, Bapak Ahmad ini misalnya.

"Saya sudah langganan di warung ini semenjak saya lajang dulu. Sekarang sudah punya anak dua juga tetap kalau cari makan tengah malam ya di sini." Ujarnya sembari menikmati sepiring penuh nasi sambal.

Lalu apa yang menjadikan warung sederhana yang terletak di emperan toko ini begitu laris diburu pembeli dan menjadi primadona banyak pihak? Ada yang bilang warung ini merupakan pelopor nasi sambal yang buka dini hari, ada juga yang berujar rasa sambal di warung ini tidak ada duanya, ada pula yang berkomentar sensasi makan di sinilah yang membuat warung ini melegenda.

Menu yang disediakan di tempat ini terbatas jenisnya. Ada ikan pari panggang (atau yang biasa disbeut iwak pe oleh warga Surabaya), ayam goreng, telur goreng, tahu serta tempe goreng saja. Harga makanan di sini pun berkisar antara sepuluh sampai dua puluh ribu saja. Uniknya, meskipun makanan yang disajikan di warung ini berupa nasi sambal yang pedas, Mak Yeye tidak menyediakan minuman sebagai pelengkap makanannya. Jika ingin membeli minuman untuk mengatasi rasa pedas, bisa dibeli di warung-warung sekitar warung Mak Yeye ini.

Menikmati sepiring nasi sambal di tengah semilir angin malam Kota Surabaya yang sepoi-sepoi menciptakan sensasi tersendiri yang beda dengan yang lain. Di satu sisi bisa melupakan hiruk pikuk kota Surabaya yang padat akan aktifitas tiap harinya, macet juga cuaca panas di siang harinya. Namun di sisi lain, kita tetap bisa menikmati makanan khas Surabaya berupa iwak pe lengkap dengan sambal super pedasnya.

Meskipun sambal di warung Mak Yeye ini terkenal pedas membakar lidah, namun jika ada pengunjung yang tidak terlalu suka pedas, bisa langsung memesan tingkat kepedasan sambal sesuai dengan yang diinginkan. Mulai dari yang tidak terlalu pedas sampai yang bisa membuat keringat mengucur deras setelah menyantap seporsi nasi sambal di sini.

Sebelum tren makanan pedas menjamur seperti sekarang ini, Mak Yeye sudah lebih dahulu menancapkan trademark makanan pedas dan nikmat sejak tahun 80-an dulu. Tidak hanya itu, konsistensi warung Mak Yeye berupa warung pinggir jalan dan variasi menu yang tidak banyak pun membuat konsumen-konsumennya tidak mau berpaling pada warung makan lainnya.

Varian menu yang disajikan di warung ini sangat sederhana.

Sego Sambel Mak Yeye memberikan contoh pada kita bahwa kunci untuk bisa bertahan lama dalam berbisnis ialah konsistensi terhadap apa yang dicintai pelanggannya. Buktinya, setiap harinya warung sederhana ini bisa mendapatkan penghasilan yang jauh lebih besar dari restoran-restoran yang lebih mewah dan mempunyai harga makanan yang jauh lebih mahal ketimbang warugnnya.

"Yang saya suka dari Mak Yeye ini rasa sambelnya. Dari dulu racikannya tetap sama, rasa sambelnya ngga ada bedanya dari dulu. Tapi sekarang cara bikin sambelnya diblender, dulu kan masih pakai cowek (atau cobek, yakni piring dari tanah atau batu untuk menghaluskan sambal)" Ungkap Eko, seorang anggota kepolisian yang sudah menjadi langganan Mak Yeye sejak 15 tahun lalu.

Tidak memandang umur, tidak pula memandang jabatan dan kelas sosial. Mulai dari tukang becak, buruh, mahasiswa, pekerja kantor, anggota polisi, sampai pejabat pemerintah semua menjadi satu di sini. Seperti kesederhanaan menu di warung ini, Mak Yeye mengajak semua pembelinya untuk guyub rukun, tidak lagi memandang kelas, semuanya saling mengantri demi mendapatkan makanan pedas di tengah malam.

Komentar

Postingan Populer